cuapcuap dariku...

WELCOME TO MY WEBSITE



Thank you for taking the time to spare you for visiting my website. What I wrote in my website is not just the words of my imagination but this is what I felt alone may be a lesson to the reader and entertain the reader. Please enjoy... :)



Greetings from me : Ana Kristiana "Endel - Navika"



Minggu, 18 Maret 2012

HEMBUSAN NADA CINTA

Cerpen berikutnya.. Alhamdulillah aneh -_- hahaha.....


Pertama kali aku tergugah
Dalam setiap kata yang kau ucap

“Perasaan gue ke lu itu ga biasa tapi juga ga heboh”, jawab Moria dengan tenang. Matanya yang membulat sempurna hanya mampu dipandangi Griselda dalam diam. Selda, begitu biasa dia dipanggil, mencerna kata-kata itu perlahan. Dia masih belum menemukan arti yang pas dari jawaban itu. Tangannya bergerak-gerak gelisah. Rasa grogi menjalar ke sekujur tubuhnya. Sungguh tindakan yang bodoh. Bisa-bisanya dia menanyakan perasaan Moria terhadapnya secara langsung seperti ini. Tapi ingin sekali dia meminta Moria menjelaskan arti jawaban tersebut.
Moria tampak bergeming. Selda mengangkat wajahnya yang menghadap tanah untuk melihat sekali lagi ke mata seseorang yang dikaguminya sejak lama tersebut. Selda mencari jawaban itu, mencari kata yang tepat untuk mengartikannya. Mata dihadapannya memaparkan ketulusan hati pemiliknya. Cerah sekali pandangan Moria, tidak sedikitpun tampak berkabut. Seolah-olah jika kita memandang lurus kedalam matanya, kita tentu akan menemukan segalanya yang kita cari. Namun kali ini, mungkin Selda terlalu kalut untuk dapat menemukan jawabannya.


Bila malam tlah datang
Terkadang ingin ku tulis semua perasaan

Jawaban dari Moria tadi sungguh mengganggu konsentrasi Selda malam ini. Buku diary kesayangannya tak mampu mengungkapkan dengan pasti bagaimana perasaan itu semakin meluap. Banyak hal-hal yang sulit diungkapkannya ke dalam kata-kata. Kertas yang berisi sketsa pemandangan bertebaran diatas kasurnya. Gambar itu buatan Moria khusus untuk Selda. Ada yang menggambarkan suasana pantai, sawah, gunung dan rumah kecil di pedesaan. Yang paling Selda suka adalah sketsa ayunan di sebuah halaman. Mengingatkannya pada saat pertama kali mereka berdua berdekatan. Dari yang saling membenci karena takut tersaingi nilai saat SMP, sampai saat ini ketika Selda merasakan kenyamanan berada didekat Moria. Pepatah pernah berkata bahwa cinta itu berawal dari benci. Mungkin inilah yang terjadi diantara Selda terhadap Moria.
Pandangan mata Moria yang sejuk masih terbayang ketika 1 tahun yang lalu mereka bertemu kembali disebuah toko buku. Kala itu Selda hampir saja pulang lagi dan membatalkan janji untuk menemani Moria mencari buku. Mereka sudah tidak bertemu lagi semenjak kelulusan SMP. Itulah yang membuat Selda ragu, takut akan hal yang tidak dimengerti bahkan oleh dirinya sendiri. Mereka sudah kelas 2 SMA saat itu, ketika pertemuan di toko buku menjadi awal kedekatan mereka. Awal dari getar-getar halus yang menyusup relung hati Selda saat menatap mata itu.


Kata orang rindu itu indah
Namun bagiku ini menyiksa

Selda mengenang kembali satu tahun bersama Moria. Tak terasa sekarang mereka sudah kelas 3 SMA. Moria memberitahunya bahwa dia akan melanjutkan kuliah di Bandung. Belum apa-apa Selda sudah merindukan Moria. Padahal kelulusan masih 3 bulan lagi, yang berarti ada waktu selama 4 bulan untuk bertemu secara langsung dengan pujaannya. Dia tak ragu lagi sekarang, rasa itu memang telah tumbuh. Sesegar rumput di pagi hari dan semerbak bunga yang bermekaran. Satu hal yang mengganjal hatinya adalah bagaimana perasaan Moria terhadapnya. Meskipun takut bertepuk sebelah tangan, Selda memberanikan diri bertanya. Moria dan dirinya sedang makan malam di restoran cepat saji. “Perasaan gue ke lu itu ga biasa tapi juga ga heboh”, begitulah jawaban Moria yang sudah dia hapal diluar kepala saking dipikirkannya kalimat tersebut.
Selda mengetahui pasti, sekalipun Moria tak punya perasaan sayang seperti yang dia rasakan, Selda pasti tetap merindukan Moria sebagaimana mestinya. Selda terbiasa menerima ucapan selamat pagi sampai selamat tidur dari Moria. Pangeran impiannya itu juga suka menyempatkan diri bermain kerumahnya serta sesekali pergi hangout bersama. Dia ingat saat dibonceng Moria disebuah jembatan layang yang panjang dan cukup tinggi. Kala itu bintang banyak bertaburan dan jari telunjuk lelaki itu mengarah ke langit. Selda menatap arah tersebut lalu memekik takjub. Moria tersenyum puas menatap kekaguman Selda kepada bintang.


Sejenak ku fikirkan untuk ku benci saja dirimu
Namun sulit ku membenci

Tanpa sadar Selda menitikkan airmata. Kenangan indah itu menguatkan hatinya dan menghancur-leburkan urat malunya. Dia pikir Moria akan menyatakan cinta atau minimal mengakui perasaannya dengan lebih terbuka. Tidak seperti sekarang yang berbelit. Dirinya benar-benar kecewa. Merasa ditipu dengan kebaikan Moria yang dia pikir karena Moria ada rasa untuknya. Selda ingin sekali membenci Moria seperti saat SMP. Saat dimana Selda merasa bahwa Moria adalah saingan terbesarnya untuk memperoleh nilai baik. Selda hampir saja menutup matanya yang lelah akibat menangis, sebuah dering sms masuk. Dengan malas Selda merogoh bawah selimutnya dan membuka pesan masuk tersebut. Selda langsung terdudu membacanya.

“Selamat malam, semoga mimpi indah

Pernyataan cinta dari Moria!


Pejamkan mata bila kuingin bernafas lega
Dalam anganku aku berada disatu
persimpangan jalan yang sulit kupilih

Setelah membaca sms dari Moria itu Selda tidak langsung menjawab. Tangannya bergetar dan pikirannya melayang tinggi. Itukah arti dari jawaban Moria tadi? Selda merasa pikirannya berkecamuk. Segala macam emosi dia rasakan dari senang, kesal dan cinta berputar-putar indah. Serasa ada kupu-kupu yang berterbangan diperutnya. Bergejolak seiring rasa senangnya. Tanpa sadar Selda tersenyum sangat lebar. Ingin rasanya dia berjingkrak-jingkrak meluapkan rasa bersyukurnya. Lalu keinginan itu terhenti ketika ada telepon masuk ke handphone-nya, dari Moria!
“Halo”, suara lembut disebrang sana membuka percakapan.
“Eh hai”, gugup Selda menjawab.
“Belum tidur yah? Lagi apa?” pertanyaan itu membuat Selda ingin berteriak bahwa dia sedang ingin melompat girang karena mempunyai perasaan yang sama dengan Moria. Tapi tentu saja Selda tidak mengatakannya.
“Lagi nulis, kaya biasa”, dengan gaya stay cool Selda menjawabnya. Diujung sana sebenarnya ada senyum manis mendengar jawaban itu.
“Selda, would you be mine? Kalau kamu katakan iya, berati kamu siap ngarungin semuanya bareng aku”, tegas Moria mantap. Selda tidak langsung menjawab. Dia tentu saja mau mengarungi apapun bersama Moria, asal bersama Moria.
“Iya aku mau”, Selda menjawab malu. Disebrang sana tidak ada lagi suara. Lalu sebuah pesan masuk ke telepon genggamnya itu. Moria akan datang kerumahnya. Pukul 9 malam hanya untuk bertanya secara langsung mengenai ajakan berpacaran tadi! Selda menunggu dengan sabar dan tak hentinya tersenyum. Dua jam tanpa terasa berlalu dan sudah terlalu larut untuk berkunjung apalagi menyakatakan cinta. Ditengah kepanikannya itulah sebuah telepon masuk.
“Nak, ini Mamanya Moria. Dijalan tadi Moria kecelakaan. Moria sudah ga ada sayang, huhu”, tangis pecah dari ibunda Moria membuat kepala Selda pening dan berdenyut-denyut. Pandangan disekelilingnya buram, menghitam dan menghilang.


Ku peluk semua indah hidupku
Hikmah yang ku rasa sangat tulus
Ada dan tiada cinta bagiku tak mengapa
Namun ada yang hilang separuh diriku

Kini, Moria sudah tidak lagi disisinya. Tapi kenangan Moria dan hari pertama mereka jadian selalu terkenang. Para pelayat sudah mulai pulang. Hanya Selda dan ibunda Moria. Kalimat singkat dari sang bunda membuat langkah Selda pasti untuk beranjak pulang ke rumah.
“Kamu harus jalanin hidup kamu ini, karena Moria sayang banget sama kamu. Lakuin untuk hidup dia yang sudah terkubur ditanah itu. Terus tersenyum dan berbahagialah…”
I’m promise“, bisik lirih hati Selda sebelum dia melangkah meninggalkan tanah pekuburan yang masih merah sehabis digali.

By : Ana Kristiana
Nb : mohon kritik dan sarannya yah.... lama ega nulis jadi mungkin sekarang karyanya rada aneh. Hehehehe.... :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar