cuapcuap dariku...

WELCOME TO MY WEBSITE



Thank you for taking the time to spare you for visiting my website. What I wrote in my website is not just the words of my imagination but this is what I felt alone may be a lesson to the reader and entertain the reader. Please enjoy... :)



Greetings from me : Ana Kristiana "Endel - Navika"



Senin, 19 Maret 2012

aku juga milikmu


Gak tahu pede darimana, yang jelas ni cerpen udah terlanjur dikirim ke nulisbuku.com :(( semoga besok” makin baik cerpen gue. AMIN. . .
Lu kok gitu sih? Anak-anak yang lain aja pada diajakin pergi, tapi gue enggak!”, gerutu Dela pada pacarnya, Rizky, via sms. Mukanya berlipat walau disana pacarnya tak akan dapat melihatnya. Rasa amarah begitu membuncah di dadanya. Setidaknya mengapa harus ada Lala disana, minimal dia diberitahu dahulu bahwa Rizky hendak jalan. Dela berkali-kali berusaha memaklumi kedekatan yang terselubung kabut halus diantara Rizky dan Lala. Mereka bertiga berada dikelas yang sama dijurusan perhotelan SMK Pariwisata Bandung dan jelas dia pacar satu-satunya Rizky. Tetapi mengapa Dela tak pernah mampu menembus kabut itu, yang membuat Lala semakin dekat saja dengan pacarnya. Sudah berkali-kali seperti itu berulang dalam pertengkaran mereka. Kali ini Rizky tidak mengajaknya jalan sedangkan teman-teman mereka yang lain ditelepon untuk ikut serta. Jelas saja Dela sewot.
Lah terus kenapa lu marah? Terserah lu aja, gue cape tau”, sembur Rizky tak kalah sengit. Rizky cape menjadi pihak yang selalu disalahkan. Menurutnya pacaran itu bukan berarti dia harus ada 24 jam untuk Dela. Namun gadisnya itu tak kunjung mengerti. Semakin kesini malah semakin aneh saja amarahnya. Selalu hal yang menurutnya terlalu sepele untuk dipermasalahkan. Soal kedekatannya dengan teman-teman ketimbang Dela atau karena Rizky jarang sms apalagi telepon. Jenuh dan penat. Pergaulannya terasa dibatasi. Hanya satu yang bisa dia ingin sekali dia lakukan malam ini. Lekas tidur dan berharap pagi cepat menyingsing agar bayangan Dela segera musnah dari pikirannya.
x-x-x
Kesokan harinya dikelas, Mutia yang selalu ceria menyapa teman-temannya. Semalam setelah jalan dengan Rizky, Lala, Rose, Stefanus, dan Bisma yang notabene adalah teman sekelasnya, maka dengan santai dia heboh menceritakan cerita malam itu pada Diah. Sayang Diah tak bisa ikut karena sedang sakit. Malam itu dicanangkan untuk belajar bersama agar mereka bisa mengerjakan UTS yang dilaksanakan mulai besok. Namun karena mendahulukan mengisi perut alhasil mereka malah seperti jalan-jalan malam dan lupa untuk belajar. Suara nyaring Mutia membelah kesunyian, “Eh Bisma, kamu kok masih aja genit ke Rizky, belum cukup apa semalem godain dia”, tawa gadis itu riang. Diah tersenyum maklum karena pada dasarnya Mutia memang selalu heboh. Bisma diujung sana tersenyum malu-malu kucing. Tak satupun di kelas ini yang beres otaknya, semuanya sableng dan kurang waras.
Dela mendengar kalimat itu. Hatinya kembali mendidih. Entah mengapa perasaan tidak rela menjalar dengan cepat dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kesinisan tak dapat lagi dia sembunyikan. Samar-samar didengarnya Mutia melanjutkan “… si Lala noh enak banget. Kita bertiga kayak apa aja, udah berkerudung tapi kaliannya yang rusuh”. Tanpa sadar Dela menimpali kalimat itu. “Yaudah sih, jangan dibahas mulu juga tentang semalem”, sambil memutar bola matanya. Mutia tampak terkejut, tapi Dela tak lagi mempedulikannya. Sudah cukup baginya sayatan demi sayatan luka dari kedekatan Lala dengan Rizky yang semakin menjadi-jadi, kini baginya tak boleh ada celah untuk menyakiti hatinya lebih dalam lagi.
Dela memperhatikan Lala yang sedang bercengkrama dengan Rose. Mereka tampak berbahagia saling bercerita. Lalu sekilas Rose menoleh kearahnya dan tersenyum. Dela membuang wajahnya, tak ingin disapa lagi oleh kedua temannya itu. Lala dianggapnya sebagai saingan. Bahkan pernah terpikir oleh dirinya bahwa seolah Lala yang merupakan pacar resmi Rizky sedangkan Dela hanyalah pacar rahasia. Pikiran itu belum seutuhnya musnah. Terlihat dengan jelas bahwa pacarnya itu lebih mengakui Lala ketimbang dirinya. Menyakitkan memang, tapi cintanya pada Rizky yang membuatnya mempertahankan hubungan ini.
Mau ikut makan ga lu?” tanya Rizky yang tiba-tiba saja sudah berada disampingnya. Dengan sedikit gelengan lemah dia menjawab pertanyaan itu. “Yakin ga mau makan nih?”, desak Rizky tak sabar. Dela sempat menarik nafas panjang dulu sebelum mengatakan “Iya”, yang tetap saja terdengar sangat ketus. Lalu dengan mudahnya Rizky berlalu. Tak usah ditebak kemana pacarnya itu akan melangkah. Dela mempertajam pendengarannya, ingim tahu apa yang dikatakan Rizky, Lala dan Rose.
Rose adalah temannya yang sangat rapi dalam bersikap. Gadis itu hanya berbisik yang disertai gelengan dari Rizky dan sempat menatapnya sekilas sebelum keluar duluan. Lala mengamit lengan kiri Rizky sedangkan Rose berjalan disamping kanannya. Dela pasrah, tak tahu lagi harus mengatakan apa. Kedekatan Rizky dan Lala adalah misteri baginya, namun kedekatan Rose terhadap pacarnya itu lebih aneh lagi karena mereka selalu berbisik jika berbicara. Seperti menyimpan jutaan rahasia yang teramat penting sehingga mereka perlu menutupi percakapan mereka dengan sangat rapi.
x-x-x
Ditempat makan, anak-anak jurusan perhotelan SMK Pariwisata Bandung itu telah berkumpul. Suara riuh rendah mereka yang berebut ingin dilayani duluan sangat kacau dan memekakkan telinga. Senda gurau mereka lontarkan untuk menghilangkan penat. Tidak semuanya hadir dalam warung Ibu Eka tersebut. Didalamnya hanya ada Rizky, Lala, Rose, Bisma, Indri, Riyo, Stefanus, Abi dan Agam. Setelah semua mendapatkan makanan dan duduk ditempat masing-masing, hanya ada obrolan singkat diantara mereka.
Eh cewek lu mana?”, tanya Riyo pada Rizky. Masih dengan menyuap nasi Rizky menjawab dengan mengangkat bahu. Mulutnya masih penuh dengan makanan, tapi tak urung dijawabnya juga. “Dia ga mau makan, katanya udah makan”, jawab lelaki gendut itu. Tak ada yang istimewa dari Rizky. Cuma lelaki biasa yang mempunyai kemampuan untuk berdebat, gampang bergaul dan autis. Autis disini adalah otaknya yang terkadang seperti anak autis yang susah diberitahu kebenaran sikap.
Lah lu mah ceweknya ditinggalin mulu”, timpal Rose datar.
Tau lu, Ky. Kasian tau dia”, Indri ikutan berkomentar.
Oia dia ga marah tuh semalem ga lu ajak?”, tanya Lala kemudian. Rizky menggelengkan wajah seolah meminta mereka semua menunggu jawabannya selagi Rizky menelan makanannya.
Dia ngambek kayak biasa, tapi gue mah bodo amat”, akunya jujur. Yang lain tampak gusar dan membuang muka. Memang keterlaluan Rizky, lebih mengutamakan teman ketimbang pacarnya sendiri. Ada kalanya itu baik dan berguna tetapi tiap kali teman-temannya yang terkena semburat cemburu Dela yang tak masuk akal itulah yang membuat mereka tidak betah dan malas dekat dengan Dela. Terkadang semua kebagian kesinisan dan kekesalan Dela yang seharusnya dia tujukan pada Rizky.
Ya salah lu juga sih, udah ditanya juga semalem kenapa ga diajak”, balas Rose. Lala membenarkan kalimat tersebut. Begitu pula Indri dan yang lainnya yang mendengar pernyataan Rose.
Efisiensi waktu. Lu pada kan searah sama gue, jadinya gue ajak kalian. Itu acara dadakan, ya kan Ma”, Rizky meminta persetujuan Bisma. Malam itu memang acara dadakan hanya karena mereka berdua ngidam iga.
Abis ini lu omongin sama dia deh, gue cape liat lu begini”, ujar Lala santai. Dan dari raut wajah Rizky yang sedikit melembut menandakan bahwa keduanya akan berbicara nanti.
x-x-x
Lu masih sanggup ga hadepin gue?”, todong Rizky sesampainya dikosan. Sekarang hanya tinggal dia dan Dela. Gadis itu masih saja merenggut marah dan kesal. Dicobanya untuk tidak naik pitam dengan melihat wajah pacarnya yang selalu ditekuk dan melancarkan aksi tutup mulut. Akhirnya Dela menjawab lirih.
Gue sih masih sanggup. Tapi masa iya setiap kali marahan harus gue yang ngalah. Lu ga pernah mau ngertiin gue. Lu asik sama dunia lu. Gue ga pernah diajak. Selalu aja Lala atau Rose yang lu perhatiin”, jawaban Dela sungguh membuat Rizky mengerutkan kening. Lala? Mengapa cewek itu dibawa-bawa. Apa karena semalam dia ikut dalam acara makan-makan? Ah, dirinya memang tak pernah mengerti pemikiran Dela.
Kenapa musti bawa-bawa Lala?”, ujarnya diusahakan setenang mungkin. Dia takut Dela akan meledak sehingga permasalahan akan meluber kemana-mana. Dan benar saja, ekspresi Dela seperti siap menerkam orang.
Gue ga habis pikir. Lu selalu aja ga pernah ngabarin gue kalau pergi. Lu juga selalu ajak Lala. Kenapa Lala boleh ikut lu tapi gue bahkan dilupain?”, setengah menjerit Dela melontarkan unek-uneknya. Mau tak mau emosi Rizky terpancing.
Emangnya gue harus setiap detik laporan keadaan gue. Gue berasa sersan yang harus selalu laporan ke komandan tau. Lu pikir enak kayak gitu?!”, tanya Rizky dengan nafas yang memburu. Sudah tidak akan beres berbicara dengan keadaan seperti ini, yang ada hanya debat kusir. Tak berujung pada mufakat.
Terserah lu aja deh gimana”, akhirnya Dela pergi berlalu begitu saja membereskan peralatannya yang berserakan dikamar kosan itu. Dela pulang seorang diri padahal saat itu hujan sedang turun membasahi bumi.
x-x-x
Dela membiarkan matanya basah. Hujan yang turun menyamarkan airmatanya. Hatinya benar-benar terluka. Dia merasa tersisih. Lagi dan lagi. Karena Lala, mereka bertengkar. Karena ada Lala, Rizky lebih memilih untuk bersamanya. Mungkin rizky lebih cocok dengan Lala. Dela harus mengakui itu. Sayup-sayup hatinya bersenandung kecil. Lagu yang senantiasa terngiang olehnya disaat berkelahi dengan Rizky.
Mungkin memang nasibku
Yang selalu menunggu untuk jadi yang pertama.
Mungkin ku katakan kepadanya
Bahwa aku juga milikmu
Bahwa aku juga kekasih hatimu
Dengan lirih Dela berkata “Aku memang milikmu, tapi kau sia-siakan aku. Aku juga milikmu, tapi kau lebih dekat dengannya. Aku juga milikmu, tapi kau selalu membiaskannya”. Dan lagu cemburu dari Dewa itu terus terngiang-ngiang. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar